Monday, September 14, 2015

PERBANDINGAN TRAVEL FEATURE, PROFILE FEATURE, DAN HOW TO DO IT FEATURE

TRAVEL FEATURE
Selamat Datang di Alif Stone Park...
Rabu, 9 September 2015

Obyek wisata Alif Stone Park di Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

KETIKA saya pertama kali datang ke Kabupaten Natuna di Provinsi Kepulauan Riau, saya berpikir pasti banyak destinasi wisata yang belum diketahui wisatawan. Ya, ternyata memang Kabupaten Natuna ini memiliki banyak potensi wisata yang menakjubkan.

Terbatasnya akses internet dan informasi membuat banyak orang belum banyak tahu tentang tempat tempat wisata yang ada di Kabupaten Natuna ini. Dari sekian banyak destinasi wisata yang ada di Natuna, salah satu destinasi pantai yaitu Alif Stone Park.

Ketika saya sampai di Natuna, saya dijemput oleh Bang Dian dari Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna. Dan ditanya mau kemana berpelesir selama di Natuna, karena obyek wisata di Natuna ini sebagian besar adalah pantai dan batu-batu besar.

Saya langsung menjawab ingin ke tempat ikonnya Natuna dan dekat dari kota. Jawaban Dian  adalah Alif Stone Park karena memang memiliki daya tarik tersendiri jika dibandingkan tempat wisata lain di Indonesia.  Alif Stone Park tidak hanya menyuguhkan tempat wisata pantai namun ada hal lain yang membuat tampat ini berbeda, yaitu adanya hamparan batu besar yang tersebar sepanjang pesisir pantai.

Bagi sebagian orang nama Alif Stone Park mungkin masih terdengar asing khususnya orang Indonesia sendiri, padahal wisatawan mancanegara dari Singapura dan Australia yang menggunakan kapal yacht sering datang ke Natuna.

Nama Alif sendiri terkesan unik untuk sebuah tempat. Pemberian nama tersebut berasal dari sebuah batu yang berdiri tegak layaknya bentuk huruf hijaiyah Alif, dan itu merupakan batu satu-satunya dari sekian banyak yang terdapat pada kawasan Alif Stone Park di Kepulauan Natuna.

Pada mulanya pantai dengan batu-batuan yang berserakan ini hanyalah tempat biasa, kemudian sejak 2008 dimulailah gagasan untuk mengelola lokasi ini.

Dalam kurun beberapa tahun Alif Stone Park berubah menjadi tempat yang banyak dikunjungi karena memang letaknya dekat dengan kota Ranai, ibu kota di Kabupaten Natuna. Perbaikan serta penyediaan berbagai sarana untuk menunjang tempat wisata ini semakin ditingkatkan mengingat kunjungan wisatawan baik domestik maupun asing semakin meningkat ke Natuna.

Untuk menuju ke lokasi ini menghabiskan waktu kurang lebih setengah hari dari ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, menggunakan transportasi laut berupa kapal feri. Tetapi sangat dekat dari Kota Ranai, paling hanya memakan waktu 10 sampai dengan 15 menit perjalanan darat. Alif Stone Park terletak di Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, sekitar 10 km dari Kota Ranai.

Ketika pertama kali datang ke tempat ini, kita akan melewati celah-celah batu dengan lebar 1 meter, cukup berjalan sekitar 10 meter kita akan menemukan pintu masuk berupa batu besar.

Setelah melewati pintu masuk, hamparan batu akan tampak di mana-mana sepanjang pesisir pantai. Di beberapa bongkahan batu besar terdapat jembatan kecil untuk kita lewati. Ini memudahkan kita untuk pindah dari satu batu ke batu lain.

Bagi kalian yang suka berfoto, ada banyak tempat yang bisa dijadikan latar belakang untuk selfie he-he... Berbagai obyek yang menarik membuat tempat ini sayang jika dilewatkan oleh para fotografer. Batu yang menjadi ikon Alif Stone Park di Natuna tentu harus kalian temukan jika mengunjungi tempat ini.

Taman Batu Alif atau yang lebih dikenal dengan Alif Stone Park selalu ramai dikunjungi saat sore hari. Meski belum terlalu banyak fasilitas wisata yang bisa dinikmati namun melewati sunset di antara bebatuan dan pasir pantai yang putih sangat cocok bagi fotografer maupun traveler yang ingin menikmati suasana sore.

Pemandangan pantai yang eksotis berpadu dengan batu-batu granit di pesisir pantai, air laut yang jernih beserta kekayaan biota serta berbagai hal unik yang terdapat di Alif Stone Park mampu membuat siapa saja ingin kembali lagi setelah mengunjungi tempat ini.

Tidak perlu merogoh kocek untuk bisa masuk ke Alif Stone Park di Natuna karena tidak pakai tiket alias gratis.  Dan terima kasih kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna yang sudah mengundang saya ke sini untuk mengeksplor salah satu keindahan Natuna. (BARRY KUSUMA)

Editor : I Made Asdhiana


HOW TO DO IT FEATURE

4 Tips Menghindari "Jet Lag"
Rabu, 12 Agustus 2015

KOMPAS.com - Jika pernah merasakan jet lag, Anda pasti tahu bagaimana sulitnya mengembalikan kebugaran tubuh. Reaksi tubuh di jam "asing" terasa sangat nyata. Untungnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Inilah 4 cara simpel menghindari jet lag:
Sesuaikan kegiatan dengan waktu negara tujuan sebelum berangkat

Jika bisa menukar waktu, sebaiknya mulai menjalani rutinitas sesuai dengan waktu negara tujuan. Mulai tidur lebih awal/lambat dan mengganti jadwal makan. Persiapan sekecil apapun bisa memberikan efek besar dan membantu kita ketika nanti baru sampai di negara tujuan.
Ubah waktu di jam

Atur waktu di jam tangan atau handphone kita sesuai dengan tujuan. Hal tersebut bisa membuat kita layaknya sudah tinggal di negara yang ingin kita kunjungi.
Hindari sisi pesawat yang terkena matahari

Pesan tempat duduk di pesawat yang kira-kira tidak terkena sinar matahari sehingga kita bisa tertidur dengan mudah. Namun, jika hal tersebut tidak memungkinkan, ambil keuntungan dengan menggunakan penutup mata gratis yang disediakan pesawat atau membawa kacamata hitam yang nyaman dari rumah.
Hindari alkohol dan kafein

Meskipun sangat menggoda, setengah botol alkohol dan espresso bisa mengganggu perjalanan lintas benua. Kita akan membayarnya ketika mendarat nanti. Sebaiknya, hindari alkohol dan kafein. Minum air putih saja selama di pesawat.
Itulah 4 cara simpel menghindari jet lag. Selamat mencoba! (Huffingtonpost.com/Gita Laras Widyaningrum)
Editor
: Ni Luh Made Pertiwi F
Sumber
  

PROFILE FEATURE

Mengenal Lebih Dekat Sosok Wisanggeni
Minggu, 13 September 2015

JAKARTA, KOMPAS.com - Festival Wayang Indonesia (FWI) 2015 resmi digelar. Tahun ini tema yang diangkat ialah "Wisanggeni". Tema ini diambil dari nama salah satu tokoh pewayangan, Bambang Wisanggeni. Wisanggeni sendiri dalam pewayangan adalah putra Arjuna. Ia merupakan pemuda yang pemberani dan bisa menjadi pemersatu di keluarga Pandawa.

Wisanggeni juga dikenal dekat dengan siapa saja. "Ia tidak pernah pakai basa krama (bahasa Jawa halus) ke siapa pun. Selalu pakai basa ngoko (bahasa Jawa yang lebih akrab)," kata Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi) dalam Konferensi Pers FWI 2015, di Cafe Batavia, Sabtu (12/9/2015).

Kesaktian Wisanggeni dikisahkan melebihi putra-putra mahabrata lain. Ia tidak tinggal di bumi melainkan di khayangan Sanghyang Wenang. Ia mati dalam perang Baratayuda. Menurut ramalan Sanghyang Wenang, Pandawa akan kalah jika Wisanggeni turut berperang di pihak Pandawa. Akhirnya ia menjadi tumbal dan mencapai moksa (tidak bereinkarnasi).

Wisanggeni sebenarnya bukan tokoh yang ada dalam Kitab Mahabrata. Ia merupakan tokoh buatan pujangga Jawa. Kisah hidupnya yang dikisahkan sangat sedikit, meliputi empat tahap: lahir, bersosialisasi (krida), menikah, dan meninggal. "Wisanggeni itu tidak ada dalam kitab Mahabrata ya, jadi dia tokoh buatan," papar dalang wayang kulit, Ki Sambowo.

Oleh sebab itu kisah Wisanggeni dalam permainan wayang dapat diramu. Ki Sambowo sendiri bersama dalang wayang golek Ki Apep telah meramu kisah Wisanggeni versi mereka. Menurut keduanya hal ini sah asal tetap pada pakemnya. "Kisah Wisanggeni susah dimainkan bagi mereka yang malas mikir, tapi bagi yang mau mikir ini malah menarik, karena bisa mengembangkan cerita sendiri," jelas Ki Sambowo.

Kisah Wesanggeni ini tampil melalui permainan kolaborasi wayang kulit dan wayang golek yang didalangi Ki Sambowo dan Ki Apep. Pergelaran wayang kolaborasi ini digelar Sabtu (12/9/2015) pukul 21.00. "Sebenarnya kalau disebut kolaborasi agak berat ya, lebih cocok disebut dialog antara wayang Jawa dan wayang Sunda," kata Ki Sambowo.

Tahun 2015 ini menjadi kali kelima FWI diadakan di Taman Fatahillah, kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Total Indonesia bersama PEPADI, Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia, dan Museum Seni. 
Penulis : Jonathan Adrian


Editor  : I Made Asdiana

No comments:

Post a Comment